Tafsir al-Muyassar

Tafsir al-Muyassar

Kitab At Tafsir al Muyassar ini adalah sebuah tafsir terbitan dari Mujamma’al-Malik Fahd Lithiba’ah al-Mushhaf asy-Syarif -Lembaga yang berkedudukan di Madinah al-Munawwarah- yang telah mencetak jutaan Mushhaf al-Qur`an beserta terjemahnya ke dalam berbagai bahasa dunia untuk disebarkan ke seluruh dunia. Kitab Tafsir ini disusun oleh kumpulan Pakar Tafsir di bawah bimbingan Syaikh Sholih bin Abdul ‘Aziz Aalu Asy Syaikh. Terkhusus Kitab at-Tafsir al-Muyassar ini, sudah banyak pujian dan sanjungan terhadap buku ini, baik dari kalangan thullab ‘ilm (penuntut ilmu syar’i) maupun dari kalangan para ahli tafsir.

Alhamdulillah, ada satu sesi kajian dari Program Nyantrend Weekend yang asuh oleh Ustadz Hasan Al-Jaizy yang rutin mengkaji kitab ini. Apa yang kami posting di sini adalah terjemah dan faidah yang kami dapatkan dalam kajian tersebut. Semoga Allah menjadikannya sebagai amal yang barakah dan diterima.

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطـٰـنِ الرَّجِيمِ

شرع الله تعالى لكل قارئ للقران العظيم، أن يستعيذ بالله من الشّيطان الرجيم، قال سبحانه: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ [النحل – الآية ٩٨٨]

Allah ta’ala men-syari’at-kan bagi setiap pembaca Al-Qur’an Al-‘Azhim agar mereka memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Allah berfiman dalam surat An-Nahl ayat 98 (artinya) “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk*.“.

ذلك لأنّ القران الكريم هداية للناس و شفاء لما في الصدور، والشيطان سبب الشرور والضلالات، فأمر الله سبحانه كل قارئ للقران أن يتحصّن به سبحانه من الشيطان الرجيم، ووساوسه، وحزبه.

Hal itu karena Al-Qur’an Al-Karim adalah berisi hidayah (petunjuk) bagi ummat manusia*, dan obat penyembuh bagi (qalbu/hati) yang ada di dalam dada, sedangkan setan adalah penyebab berbagai keburukan dan kesesatan. Maka Allah yang Mahasuci memerintahkan  setiap orang yang akan membaca Al-Qur’an agar mereka membentengi diri dengan Allah yang Mahasuci dari setan yang terkutuk, gangguan was-wasnya dan golongan-golongan setan.

وأجمع العلماءعلى أن الاستعاذة ليست من القران الكريم؛ ولهذا لم تكتب في المصاحف.

Para ulama telah bersepakat bahwasanya bacaan isti’adzah tidak termasuk dari Al-Qur’an Al-Karim; Karena inilah ia tidak ditulis pada mushaf-mushaf.

ومعنى (أعوذ بالله) : أستجير، و أتحصّن بالله وحده.

Makna (أعوذ بالله) adalah aku meminta perlindungan dan aku membentengi diri dengan Allah saja.

ومعنى (من الشيطان) أي: من كل عات متمرّد من الجنّ و الإنس، يصرفني عن طاعة ربّي، وتلاوة كتابه.

Makna (من الشيطان) adalah dari setiap penyeleweng yang sangat membangkang dari kalangan jin dan manusia, yang akan memalingkan aku dari menta’ati Rabb-ku dan dari membaca kitabNya.

ومعنى (الرجيم) أي: المطرود من رحمة الله

Makna adalah : yang diusir dari rahmat Allah.

Faidah :

  • [Kata Ar-Rajiimadalah Isim Fa’il yang Memiliki Makna Isim Maf’uul. Maka artinya adalah yang dilemparkan/dijauhkan dari rahmat Allah, atau yang dilempari dengan bintang oleh para Malaikat.]
  • [Al-Qur’an Al-Karim adalah petunjuk bagi manusia, walaupun mereka yang masih kafir. Yaitu petunjuk bagi mereka ke jalan dan agama yang lurus.]
  • [Jin yang dibelenggu pada bulan Ramadhan hanya jin-jin yang sangat membangkang.]

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ (1)

سورة الفاتحة. سميت هذه السورة بالفاتحة; لأنه يفتتح بها القرآن العظيم,

Surat Al-Fatihah. Surat ini dinamakan dengan “Al-Fatihah” karena Al-Qur’an Al-‘Azhiim dibuka/dimulai dengannya.

وتسمى المثاني; لأنها تقرأ في كل ركعة, ولها أسماء أخر.

Dan surat ini dinamakan juga dengan Al-Matsani, karena ia senantiasa dibaca pada setiap raka’at shalat. Dan surat ini juga memiliki beberapa nama yang lain.

أبتدئ قراءة القرآن باسم الله مستعينا به,

Saya memulai pembacaan Al-Qur’an dengan menyebut nama Allah sebagai bentuk permintaan tolong kepadaNya.

(اللهِ) علم على الرب -تبارك وتعالى- المعبود بحق دون سواه, وهو أخص أسماء الله تعالى, ولا يسمى به غيره سبحانه.

Lafzhul Jalalah (اللهِ) adalah nama yang menunjukkan atas Ar-Rab -yang Mahasuci lagi Mahatinggi-, satu-satunya yang berhak untuk diibadahi tanpa selainNya, dan nama ini adalah nama yang paling khusus diantara nama-nama Allah ta’ala, dan tidak ada yang boleh dinamai dengan nama ini selain dia semata yang Mahasuci.

(الرَّحْمَنِ) ذي الرحمة العامة الذي وسعت رحمته جميع الخلق,

(الرَّحْمَنِ) yaitu pemilik rahmat yang luas, yang kasih-sayangnya itu mencakup seluruh makhlukNya.

(الرَّحِيمِ) بالمؤمنين, وهما اسمان من أسمائه تعالى، يتضمنان إثبات صفة الرحمة لله تعالى كما يليق بجلاله.

(الرَّحِيمِ) yaitu yang menyayangi orang-orang yang beriman. Kedua nama ini adalah diantara nama-nama Allah ta’ala. Kedua nama yang disebutkan dalam ayat ini mengandung penetapan sifat rahmat (kasih-sayang) bagi Allah ta’ala sesuai dengan keagunganNya .

Faidah

  • [Para ulama berselisih tentang lafazh (اللهِ) apakah merupakan kata turunan dari kata lain, ataukah ia merupakan lafazh yang bersifat tauqifi dari Allah. Tapi, yang lebih benar -insya Allah- bahwa lafazh ini bersal dari kata (الإلٰه) ]
  • [Penetapan sifat-sifat seperti ini sangat penting, karena ada golongan dalam ummat Islam yang menafikan adanya sifat rahmat (kasih-sayang) bagi Allah. Mereka beranggapan bahwa penetapan sifat tersebut sama saja menyerupakan Allah dengan makhluk. Padahal ayat-ayat dan hadits-hadits banyak yang menetapkan sifat ini bagi Allah.]
  • [Jika mau difikirkan sejenak, sebenarnya mereka yang menolak penetapan sifat-sifat bagi Allah dengan alasan tasybih (penyerupaan) atau tajsim (memfisikkan), mereka itu sendirilah yang melakukan penyerupaan (tasybih) dan memfisikkan (tajsim) antara sifat Allah dengan makhlukNya. Karena kita yang menetapkan hal tersebut, hanyalah menetapkan sifat-sifat tersebut bagi Allah sesuai apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an atau yang dijelaskan Rasulullah dalam hadits yang shahih, tanpa mempermaslahkannya.]
  • [Metode yang benar dalam memahami ayat-ayat maupun hadits-hadits tentang sifat Allah adalah kita menetapkan apa yang ditetapkan dalam dalil tersebut tanpa menyerupakannya dengan makhluk.]

 

Leave a comment